Raja Louis XVI, Korban dari Revolusi Prancis








Louis XVI adalah yang terakhir dari deretan tiran yang panjang. Kakeknya Louis XIV adalah contoh yang sempurna dari suatu monarki yang mutlak, mendandani dirinya sebagai 'Raja Matahari' dan hidup dalam semarak kemewahan di Versailles sementara rakyatnya menderita kelaparan. Kondisi ekonomi di Prancis tidak membaik ketika Louis XVI naik takhta tahun 1774 pada usia 20 tahun.


Kepala pengurus keuangan Louis, yaitu seorang pria bernama Anne Robert Jacques Turgot, mencoba mereformasi keuangan negeri itu. Dia berusaha mengganti sistem Corvee tenaga kerja yang tidak dibayar sebagai ganti pembebasan pajaknya dengan pajak moneter, untuk memuluskan hukum serikat kerja yang diharapkan dapat meningkatkan produksi barang dan mengurangi biaya - biaya kerajaan. Reformasi Turgot ditolak oleh anggota parlemen daerah, yang sebagian besar terdiri dari para bangsawan yang harus membayar pajak baru. ketika Reformasi itu gagal, Turgot di pecat.


Perang Tujuh Tahun dan dukunagn Louis terhadap pemberontakan warga Amerika nyaris membangkrutkan Prancis. Lebih dari separuh anggaran negeri itu didedikasi untuk membayar utang. Pemungutan pajak juga diorganisasi dengan begitu buruk. Besarnya pajak bervariasi dari satu daerah dengan daerah lain, dan pemungutannya dilakukan oleh para pengusaha swasta yang memiliki laba besar. Dengan tidak adanya bendahara pusat, maka ratusan kantor pemerintah mengeluarkan uang, sehingga siapa pun nyaris mustahil untuk mengetahui berapa banyaknya uang yang masuk atau keluar. Krisis keuangan yang terjadi dengan begitu cepat ini segera menimbulkan inflasi dan, tahun 1789, lebih dari 80 persen dari penghasilan rumah tangga warga desa habis hanya untuk membeli roti dan pengangguran di berbagai wilayah di Prancis sudah mencapai lebih dari 50 persen. Dan sementara itu, Louis dan istrinya, Marie Antoinette tetap melanjutkan kehidupan mewah mereka di hadapan orang - orang yang kemiskinannya mereka abaikan.


Louis kembali berusaha untuk mereformasi peraturan pajaknya melalui parlemen daerah. Untuk pertama kalinya sejak 1614, mereka bersikeras agar Louis memberlakukan Estates General secara nasional. Majelis dibuat hingga tiga golongan. Golongan pertama mewakili kaum bangsawan; Golongan Kedua adalah tokoh agama dan Golongan Ketiga adalah penduduk mayoritas, yang kekuatan ekonominya sudah meningkat pesat sejak abad ketujuh belas. Karena tidak ada penyesuaian antara kekuasaan dalam berbagai Golongan itu, dengan mudahnya Golongan Ketiga dikalahkan dalam pengambilan suara, jadi wakilnya hengkang dari parlemen , dan membentuk Majelis Nasional yang menuntut adanya undang - undang baru.